Catatan 23 Juli 2009

0 komentar
Kamis, 23 Juli 2009, 22.20

Malam ini, aku agak sedikit terkena Flu. Tapi, mudah-mudahan, aku berharap tidak berlangsung lama. Seandainya saja terlalu lama, maka, ada aktivitas apapun akan terasa sulit melaksanakannya. Satu merasa sakit, dengan sendirinya tanpa disadarai seluruh tubuh akan merasa sakit juga. Itu lah barangkali bukti solidaritas antar sesama tubuh.

Diaryku, beberapa menit yang lalu, kakakku menelepon padaku. Dia bilang, bahwa Paman yang ada di Tasik sedang sakit. Kakakku menyarankanku, kalau bisa untuk menjenguknya ke Tasik. Insyaallah kataku. Kemudian, aku mencoba bertanya pada kakakku, sakit apa yang diderita Pamanku saat ini. Stroke kata kakakku. Sudah beberapa hari ini, Paman kami tidak bisa bicara. Tepatnya, setelah salah satu anaknya yang perempuan,Anin menikah. Atau, kira-kira sudah tiga mingguan lah.

Setelah mendengar kabar itu, aku merasa sedih. Ingin rasanya aku ke Tasik sekarang juga. Tapi, rasanya belum bisa untuk beberapa hari ini. Maaf kan aku,Paman. Bukan bermaksud apa-apa. Karena, untuk beberapa hari ke depan, aku masih ada pekerjaan kuliah yang harus aku selesaikan. Bukan berarti aku mendahulukan tugasku. Sekali lagi, bukan itu. Tapi, waktu yang sangat sempit yang membuat aku harus berjibaku dengannya. Karena, rencananya, pada tanggal 27 Juli 2009, tugas yang sedang aku kerjakan ini mesti selesai dan hari itu juga disidangkan.

Sampai hari ini saja, tugasku belum mencapai 80 persen. Masih banyak yang harus aku perbaiki dan lakukan. Mulai dari mencari referensi yang mendukung tugasku, bimbingan dengan Dosen yang bersangkutan, sampai menghubungi beberapa Dosen karena menanyakan, kenapa sebagian nilaiku ada yang belum keluar. Wah, perlu sedikit kesabaran dan bertahan dengan apa yang sedang aku hadapi.

Sebuah dilema. Aku harus ke Tasik atau aku mengerjakan tugas terlebih dahulu baru kemudian ke sana. Seandainya aku ke Tasik hari ini atau besok, maka aku tidak cukup satu hari atau dua hari di sana. Tidak cukup. Apalagi, kondisi Pamanku dalam keadaan, bisa dibilang agak parah. Informasi yang aku dapatkan dari kakakku, ketika ia meneleponku tadi, bahwa semua anak-anak Paman yang ada di Bogor dan Jakarta, kini sudah berada di Tasik berkumpul semuanya. Memang, aku pun ada perasan tidak enak belum bisa ke Tasik. Tapi.....aku sangat susah mendefenisikannya.

Mulai malam ini, aku hanya berd’oa kepada Tuhan, meminta agar Tuhan meringankan sakit yang diderita oleh Pamanku. Serta, mudah-mudahan, Tuhan memberikan kekuatan dan umur yang panjang kepada paman kami. Juga, aku berharap pada-Nya, agar aku diberi kesempatan dan kesehatan untuk bisa menengok Paman di Tasik sesegera mungkin.

Sekali lagi, Paman, jangan merasa gundah, Paman harus kuat, karena Ia ada di sampingmu.

00.27

“Alhamdulillah”, kata itu lah yang pertama kali aku ucapkan pada malam yang begitu dingin ini. Beberapa jam yang lalu, aku merasakan kenikmatan yang tiada terkira. Yang selama ini kutunggu-tunggu, akhirnya datang dan menyapa juga, meski hanya sebentar. Ya, kenikmatan itu adalah berupa hujan. Lumayan. Bandung dan sekitarnya merasa mendapat anugrah yang hilang, dan kini telah kembali. Thanks, ya Allah. Semua itu karunia-Mu. Tanpanya, jalan-jalan berdebu dan sungguh gersang kurasa. Dengannya, semuanya menjadi terasa mekar kembali dan segar kemudian. Karenanya juga, kamar kosku sering kebanjiran. Biarlah, nikmati saja. Itu belum seberapa dibandingkan dengan ledakan Bom yang ada di Marriot dan Ritch Calton.

01.13

Diaryku, sudah larut begini kamu belum juga tidur? Apa yang sedang kamu lakukan? Apa kamu tidak merasa capek menemaniku? Maaf,ya Diaryku, tadi, setelah Magrib, karena aku merasa lelah, kau kemudian tidur. Dan, pada pukul 20.30, aku bangun kembali. Rasanya, malam ini aku belum merasa ngantuk. Aku lebih suka menemanimu daripada tidur. Meski aku tahu, badanku wajib diistirahatkan. Kalau belum ngantuk, kenapa mesti tidur,ya,kan?


If you like this post, please share it!
Digg it StumbleUpon del.icio.us Google Yahoo! reddit

No Response to "Catatan 23 Juli 2009"

Posting Komentar

Membacalah, mengomentarlah. Maka lihat apa yang terjadi.