Posted by Catatan-catatanku in
Ahad, 19 Juli 2009, 16.53
Kira-kira pukul 12.30 tadi siang, aku dan temanku baru saja datang dari memenuhi undangan resepsi pernikahan teman lamaku. Aku dan temanku berangkat dari kos tepat pukul 08.00. Agak sedikit terlambat. Untuk menuju sasaran,kami menggunakan mobil bis mini. Namanya KOBUTRI. Dari Cibiru, tempat kami, ongkosnya 5000 ribu rupiah per-orang.
Senin, 20 Juli 2009, 08.35
Maaf Diaryku, kau kutinggalkan seorang diri. Aku mohon, kau jangan sedih,ya. Kesedihan hanya membuat bertambahnya kesedihan. Karenanya, sekarang, pagi ini, kau harus gembira menyambutku juga menyambut mentari pagi. Lima menit yang lalu, aku menjemur dua kasurku di lantai dua bangunan kos ini. Itu memang sudah jadwalku. Kalo tidak dijemur, ntar kasurnya berbau tidak sedap dan menyebabkan banyaknya kutu-kutu berkeliaran. Kan bahaya kalo badanku gatal-gatal hanya gara-gara kuman di kasur. Capek,deh!!
Ya udah, aku mau melanjutkan cerita perjalananku kemarin ke Majalaya. Aku dan temanku sampai di sana tepat pukul 09 lebih. Ternyata, setelah kita sampai depan rumah temanku itu, suasana sepi. Pintu rumahnya terkunci. Di sana hanya ada Ayam jago sedang melakukan tindakan tidak senonoh terhadap ayam betinanya. Tepat di depan mata kami. Kami tak bisa berbuat apa-apa, selain mengucapkan,”Astagfirullah!! Ayam!! Bisa-bisanya Kamu!!” Kedua Ayam yang lagi asyik itu pun tak mendengar apa yang kami ucapkan. Mungkin saking nikmat dan khusuknya. Kemudian, ada seorang ibu dan anak gadis lewat di depan kami.”Bu, rumah Ahmad,kok sepi,ya? Kira-kira, di mana resepsinya,ya? Ibu itu pun menjelaskan kepada kami bahwa acara resepsi letaknya agak jauh dari tempat kita ngobrol. Kira-kira, kalo naik Ojek ongkosnya 5000 rupiah. Tepatnya, di daerah Inpres Cigereleng ujung. Setelah mendapat hidayah, kami langsung menuju pangkalan Ojek. Belum sampai kami ke tempat Ojek berada, sekitar beberapa meter di mana kami sedang berjalan, Tetehnya Ahmad datang dengan menggunakan Motor beserta anaknya. Dengan spontan, aku memanggilnya,”Teh!!” Motor itu pun berhenti. Dia tahu, bahwa yang memanggil adalah aku;Cecep. Selanjutnya, aku pun menanyakan di mana Ahmad berada. Tanpa menjawab, ia langsung menyuruh anaknya, Sony, untuk mengantar kami ke tempat mertua Ahmad. Sedangkan Teteh Ahmad, turun di situ. Karena memang, jarak rumahnya tidak lagi jauh.
Akhirnya, kami sampai juga di tempat keramaian itu. Terdengar alunan musik Sunda khas yang disuguhkan ketika acara resepsi. Beberapa meter menjelang kami menyalami orang tua Ahmad, terlihat dari raut mukanya rona kebahagiaan. Ada sebutir senyum menghiasi wajahnya. Kami pun ikut hanyut dalam kebahagiaan itu dan langsung, kami menyalami yang ada di sekitarnya termasuk ke dua orang tuanya. Kami langsung masuk ke sebuah ruangan yang memang telah dihias sedemikian rupa, tentunya ala Sunda. Bukan Jepang, Amerika, atau yang lainnya. Di ruang itu, kedua mempelai menyambut kami dengan penuh kegembiraan dan mengucapkan banyak terimakasih atas kedatangan teman lamanya. Ahmad pun langsung bertanya padaku,”Kapan kamu menyusul seperti aku,cep?” Aku membalasnya dengan sebuah senyum. Itu saja.
Setelah kami ngobrol kesana-kemari baik dengan orang tuanya dan juga kedua mempelai, kami dipersilakan makan. Ya udah, tanpa pikir pendek maupun panjang, kami langsung menuju Parasmanan, karena memang, sejak keberangkatan dari kos, kami belum sarapan apapun. Itu memang kami sengaja sebagai bukti pengiritan. Acara makan dan dimakan pun usai. Kami kembali masuk ke ruang kedua mempelai berada untuk mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat atas pernikahnnya moga Mawaddah Warahmah, dan terakhir, kami memohon izin untuk pulang. Dan untuk paling terakhir, kami pun turut memberi sebagian harta kami dalam rangka turut membahagiakan keduanya.Yah, selamat menempuh hidup baru temanku.
12.23
Berjumpa lagi denganku dalam acara curhat bareng bersama Diaryku. Baik lah, pada siang yang begitu terik ini, tidak banyak yang ingin aku sampaikan. Aku terlalu takut, bila aku terlalu banyak menyampaikan, maka kalian juga bosan. Tapi, tak apalah kalian bosan denganku, asal saja kalian tidak bosan dengan Tuhan kalian. Begini, bahwa aku sebentar lagi akan segera menghabiskan bacaan novelku. Novelku itu berjudul”Gadis Garut”. Tebal juga,sih, lumayan. Berapa,ya tebalnya? Ntar,ya aku hitung dulu. Oh...ternyata tebalnya 275 halaman. Kira-kira, ada 5 halaman lagi yang belum aku baca. Insyaallah, hari ini pun rampung. Asyik lho membacanya. Novel itu berkisah tentang cinta dan segala rintangannya. Juga kisah kehidupan multietnik Indonesia awal abad 20. Latarnya pun kebanyakan terjadi di Garut. Sebagiannya ada di Betawi, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Singapura. Gak percaya? Aku do’akan, mudah-mudahan kalian bisa membeli novelnya. Karena, bila aku ceritakan di sini, rasanya tak cukup waktu. Ok?
16.49
Tak ada yang lain yang ingin aku ucapkan pada detik ini selain ucapan syukur pada Allah, yang telah memberikanku kekuatan untuk bisa menyelesaikan membaca novel”Gadis Garut” sampai sampul paling belakangnya. Pokoknya ludes,deh. Tak ada yang tersisa. Yang tersisa,mungkin ketidakpahaman aku terhadap isi novel itu. Berarti, aku harus membaca ulang novel itu agar lebih paham. Semoga Tuhan mengizinkan aku untuk membaca kedua kalinya. Bila perlu beberapa kali. Rencananya, dan memang ini tugas, setelah novel itu dibaca, tugasku selanjutnya adalah menganalisisnya. Aku akan menganalisis dengan Pendekatan Biografis. Ya Allah, berikanlah aku kemudahan dalam mengerjakannya. Jadikanlah hasil analisisku menjadi yang terbaik,ya Allah. Jauhkanlah pula hamba-Mu ini dari kemalasan dan menunda-nunda pekerjaan, ya Allah. Berikanlah juga kekuatan kepada hamba-Mu yang lemah ini.
Kira-kira pukul 12.30 tadi siang, aku dan temanku baru saja datang dari memenuhi undangan resepsi pernikahan teman lamaku. Aku dan temanku berangkat dari kos tepat pukul 08.00. Agak sedikit terlambat. Untuk menuju sasaran,kami menggunakan mobil bis mini. Namanya KOBUTRI. Dari Cibiru, tempat kami, ongkosnya 5000 ribu rupiah per-orang.
Senin, 20 Juli 2009, 08.35
Maaf Diaryku, kau kutinggalkan seorang diri. Aku mohon, kau jangan sedih,ya. Kesedihan hanya membuat bertambahnya kesedihan. Karenanya, sekarang, pagi ini, kau harus gembira menyambutku juga menyambut mentari pagi. Lima menit yang lalu, aku menjemur dua kasurku di lantai dua bangunan kos ini. Itu memang sudah jadwalku. Kalo tidak dijemur, ntar kasurnya berbau tidak sedap dan menyebabkan banyaknya kutu-kutu berkeliaran. Kan bahaya kalo badanku gatal-gatal hanya gara-gara kuman di kasur. Capek,deh!!
Ya udah, aku mau melanjutkan cerita perjalananku kemarin ke Majalaya. Aku dan temanku sampai di sana tepat pukul 09 lebih. Ternyata, setelah kita sampai depan rumah temanku itu, suasana sepi. Pintu rumahnya terkunci. Di sana hanya ada Ayam jago sedang melakukan tindakan tidak senonoh terhadap ayam betinanya. Tepat di depan mata kami. Kami tak bisa berbuat apa-apa, selain mengucapkan,”Astagfirullah!! Ayam!! Bisa-bisanya Kamu!!” Kedua Ayam yang lagi asyik itu pun tak mendengar apa yang kami ucapkan. Mungkin saking nikmat dan khusuknya. Kemudian, ada seorang ibu dan anak gadis lewat di depan kami.”Bu, rumah Ahmad,kok sepi,ya? Kira-kira, di mana resepsinya,ya? Ibu itu pun menjelaskan kepada kami bahwa acara resepsi letaknya agak jauh dari tempat kita ngobrol. Kira-kira, kalo naik Ojek ongkosnya 5000 rupiah. Tepatnya, di daerah Inpres Cigereleng ujung. Setelah mendapat hidayah, kami langsung menuju pangkalan Ojek. Belum sampai kami ke tempat Ojek berada, sekitar beberapa meter di mana kami sedang berjalan, Tetehnya Ahmad datang dengan menggunakan Motor beserta anaknya. Dengan spontan, aku memanggilnya,”Teh!!” Motor itu pun berhenti. Dia tahu, bahwa yang memanggil adalah aku;Cecep. Selanjutnya, aku pun menanyakan di mana Ahmad berada. Tanpa menjawab, ia langsung menyuruh anaknya, Sony, untuk mengantar kami ke tempat mertua Ahmad. Sedangkan Teteh Ahmad, turun di situ. Karena memang, jarak rumahnya tidak lagi jauh.
Akhirnya, kami sampai juga di tempat keramaian itu. Terdengar alunan musik Sunda khas yang disuguhkan ketika acara resepsi. Beberapa meter menjelang kami menyalami orang tua Ahmad, terlihat dari raut mukanya rona kebahagiaan. Ada sebutir senyum menghiasi wajahnya. Kami pun ikut hanyut dalam kebahagiaan itu dan langsung, kami menyalami yang ada di sekitarnya termasuk ke dua orang tuanya. Kami langsung masuk ke sebuah ruangan yang memang telah dihias sedemikian rupa, tentunya ala Sunda. Bukan Jepang, Amerika, atau yang lainnya. Di ruang itu, kedua mempelai menyambut kami dengan penuh kegembiraan dan mengucapkan banyak terimakasih atas kedatangan teman lamanya. Ahmad pun langsung bertanya padaku,”Kapan kamu menyusul seperti aku,cep?” Aku membalasnya dengan sebuah senyum. Itu saja.
Setelah kami ngobrol kesana-kemari baik dengan orang tuanya dan juga kedua mempelai, kami dipersilakan makan. Ya udah, tanpa pikir pendek maupun panjang, kami langsung menuju Parasmanan, karena memang, sejak keberangkatan dari kos, kami belum sarapan apapun. Itu memang kami sengaja sebagai bukti pengiritan. Acara makan dan dimakan pun usai. Kami kembali masuk ke ruang kedua mempelai berada untuk mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat atas pernikahnnya moga Mawaddah Warahmah, dan terakhir, kami memohon izin untuk pulang. Dan untuk paling terakhir, kami pun turut memberi sebagian harta kami dalam rangka turut membahagiakan keduanya.Yah, selamat menempuh hidup baru temanku.
12.23
Berjumpa lagi denganku dalam acara curhat bareng bersama Diaryku. Baik lah, pada siang yang begitu terik ini, tidak banyak yang ingin aku sampaikan. Aku terlalu takut, bila aku terlalu banyak menyampaikan, maka kalian juga bosan. Tapi, tak apalah kalian bosan denganku, asal saja kalian tidak bosan dengan Tuhan kalian. Begini, bahwa aku sebentar lagi akan segera menghabiskan bacaan novelku. Novelku itu berjudul”Gadis Garut”. Tebal juga,sih, lumayan. Berapa,ya tebalnya? Ntar,ya aku hitung dulu. Oh...ternyata tebalnya 275 halaman. Kira-kira, ada 5 halaman lagi yang belum aku baca. Insyaallah, hari ini pun rampung. Asyik lho membacanya. Novel itu berkisah tentang cinta dan segala rintangannya. Juga kisah kehidupan multietnik Indonesia awal abad 20. Latarnya pun kebanyakan terjadi di Garut. Sebagiannya ada di Betawi, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Singapura. Gak percaya? Aku do’akan, mudah-mudahan kalian bisa membeli novelnya. Karena, bila aku ceritakan di sini, rasanya tak cukup waktu. Ok?
16.49
Tak ada yang lain yang ingin aku ucapkan pada detik ini selain ucapan syukur pada Allah, yang telah memberikanku kekuatan untuk bisa menyelesaikan membaca novel”Gadis Garut” sampai sampul paling belakangnya. Pokoknya ludes,deh. Tak ada yang tersisa. Yang tersisa,mungkin ketidakpahaman aku terhadap isi novel itu. Berarti, aku harus membaca ulang novel itu agar lebih paham. Semoga Tuhan mengizinkan aku untuk membaca kedua kalinya. Bila perlu beberapa kali. Rencananya, dan memang ini tugas, setelah novel itu dibaca, tugasku selanjutnya adalah menganalisisnya. Aku akan menganalisis dengan Pendekatan Biografis. Ya Allah, berikanlah aku kemudahan dalam mengerjakannya. Jadikanlah hasil analisisku menjadi yang terbaik,ya Allah. Jauhkanlah pula hamba-Mu ini dari kemalasan dan menunda-nunda pekerjaan, ya Allah. Berikanlah juga kekuatan kepada hamba-Mu yang lemah ini.
No Response to "Catatan 19 dan 20 Juli 2009"
Posting Komentar
Membacalah, mengomentarlah. Maka lihat apa yang terjadi.